Selasa, 16 Agustus 2016

Sejarah Salatiga

Kota Salatiga, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 40 km sebelah selatan Kota Semarang, dan berada di jalan negara yang menghubungan Semarang-Surakarta. Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Berada di lereng timur Gunung Merbabu, membuat kota ini berudara cukup sejuk.
1383245618973984768
Di kota ini terdapat Universitas Kristen Satya Wacana, salah satu universitas swasta ternama di Indonesia, yang pernah terkenal di tahun 80-an karena kekritisan para mahasiswa dan dosennya terhadap Pemerintah Orde Baru. Sekolah-sekolah menengah di Salatiga melalui Internet dihubungkan dalam Jaringan Pendidikan Salatiga. Adapun sekolah-sekolah menengah di Salatiga antara lain : SMA Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 2 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga dan beberapa SMA swasta. Ada pula SMK Negeri 1 Salatiga, SMK Negeri 2 Salatiga, SMK Negeri 3 Salatiga dan beberapa SMK swasta. Di Salatiga ada 10 SMP Negeri dan beberapa SMP swasta.
Sejarah Kabupaten Salatiga
Ada beberapa sumber yang dijadikan dasar untuk mengungkap asal-usul Salatiga, yaitu yang berasal dari cerita rakyat, prasasti maupun penelitian dan kajian yang cukup detail. Dari beberapa sumber tersebut Prasasti Plumpungan-lah yang dijadikan dasar asal-usul Kota Salatiga. Berdasarkan prasasti ini Hari Jadi Kota Salatiga dibakukan, yakni tanggal 24 Juli 750 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomor 15 Tahun 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga.

Prasasti Plumpungan
Prasasti Plumpungan, cikal bakal lahirnya Salatiga, tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170cm, lebar 10cm dengan garis lingkar 5 meter yang selanjutnya disebut Prasasti Plumpungan.
Berdasar prasasti di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, maka Salatiga sudah ada sejak tahun 750 Masehi, pada waktu itu Salatiga merupakan perdikan.
Perdikan artinya suatu daerah dalam wilayah kerajaan tertentu. Daerah ini dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti karena daerah tersebut memiliki kekhususan tertentu, daerah tersebut harus digunakan sesuai dengan kekhususan yang dimiliki. Wilayah perdikan diberikan oleh Raja Bhanu meliputi Salatiga dan sekitarnya.
Menurut sejarahnya, di dalam Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Pada zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra. Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini.
Konon, para pakar telah memastikan bahwa penulisan Prasasti Plumpungan dilakukan oleh seorang citralekha (penulis) disertai para pendeta (resi). Raja Bhanu yang disebut-sebut dalam prasasti tersebut adalah seorang raja besar pada zamannya yang banyak memperhatikan nasib rakyatnya.
13832457251316951060
Isi Prasasti Plumpungan ditulis dalam Bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Sansekerta. Tulisannya ditatah dalam petak persegi empat bergaris ganda yang menjorok ke dalam dan keluar pada setiap sudutnya.
Dengan demikian, pemberian tanah perdikan merupakan peristiwa yang sangat istimewa dan langka, karena hanya diberikan kepada desa-desa yang benar-benar berjasa kepada raja. Untuk mengabadikan peristiwa itu maka raja menulis dalam Prasasti Plumpungan Srir Astu Swasti Prajabhyah, yang artinya: “Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian”. Ditulis pada hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi.
Zaman kolonial

Salatiga pada masa kolonial tercatat sebagai tempat ditandatanganinya perjanjian antara Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said (kelak menjadi KGPAA Mangkunegara I) di satu pihak dan Kasunanan Surakarta dan VOC di pihak lain. Perjanjian ini menjadi dasar hukum berdirinya Kadipaten Mangkunegaran.

Pada zaman penjajahan Belanda telah cukup jelas batas dan status Kota Salatiga, berdasarkan Staatsblad 1917 No. 266 Mulai 1 Juli 1917 didirikan Stadsgemeente Salatiga yang daerahnya terdiri dari 8 desa.
Karena dukungan faktor geografis, udara sejuk dan letak yang sangat strategis, maka Salatiga cukup dikenal keindahannya di masa penjajahan Belanda, bahkan sempat memperoleh julukan “Kota Salatiga yang Terindah di Jawa Tengah”.
Zaman kemerdekaan


Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga adalah bekas stadsgemeente yang dibentuk berdasarkan Staatsblad 1929 No. 393 yang kemudian dicabut dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kecil Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.


KEUNIKAN SALATIGA




Sekarang saya akan bahas kota kecil nan indah di daerah jawa tengah... eng ing engg Salatiga yapp sesuai dengan judulnya. hehe 
Kota salatiga terletak di antara solo dan semarang tepat di tengah2nya, nah semisal sobat berkunjung ke semarang yang dari arah barat pasti ngelewatin deh itu kota salatiga. walau terbilang kecil kotanya karena cuman ada 5 kelurahan kalu gak salah sih..hehe belum sempet ngitung bokk.hahaa kota salatiga ini di kelilingi daerah-daerah wilayah kabupaten Semarang semisal kalo sobat ke salatiga dan itu jauh dari kotanya jangan di kira itu masih salatiga yaa ada kemungkinan kalo itu udah wilayah kabupaten semarang bukan salatiga lagi yang dipimpin walikota.
Nah sekarang sobat yang belum tau apa saja keunikan dan keunggulan dari kota salatiga Check it out. Mari kita bahassss

1. Disebut juga kota yang Sejuk



 Kenapa Sejuk karena kota salatiga ini sangat dekat dengan gunung non aktif merbabu bisa dilihat di gambar yaa.. selain gunung merbabu kota salatiga juga dekat dengan gunung Telo Moyo yang terletak di daerah Kopeng. Tentu sudah tidak terlalu banyak di jabarkan lagi kann kenapa kota Salatiga disebut kota yang sejuk.

2. Penduduk Mayoritas etnis tionghoa



Kenapa banyak etnis tionghoa di Salatiga seperti di Semarang yang banyak tionghoa. di salatiga juga begitu, jadi kalau sobat sobat datang ke salatiga jangan kaget yaa banyak cewek-cewek cantik tionghoa disana. hehe.

3. Selalu ditanya salah tiga.






Nah semisal sobat sabat disini mahasiswa/mahasiswi yang berasal dari salatiga yang kuliah di luar kota pasti gak asing lagi dengan pertanyaan seperti ini  "asalnya dari mana?" dan sobat menjawab "Salatiga" kemungkinan besar dia bertanya lagi "pasti salah tiga dan dapat 70" hehee seringkali aku dapat pertanyaan seperti itu tapi sobat bisa mengakalinya dengan menjawab seperti ini "dapet 97 pak kan soalnya ada 100" hahaaa. itu jawaban andalan ku saat ditanya asal daerah. Selamat mencobaaa....

4. Makanan khas Enting Enting  Gepuk 





Bila sobat disini pernah denger iklan "ting ting bukan permen ting ting bukan biskuit" nahh kalo itu kan sejenis permen rasa kacang yang empuk tapi bukan permen. hehee seperti itu pula rasa enting enting gepuk makanan khas salatiga. Tapi kalo enting enting gepuk yang asli itu kacangnya lebih terasa ya sobat dan pastinyaa enakk bangett.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar